YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Thursday, November 16, 2017

Jatuh Terjerembab

Seumpama seekor burung yang mampu mengepakkan sayapnya ke langgit tinggi, diatas awan ia merasa begitu nyaman sentosa, namun tiba2 ia jatuh terjerembab, sayapnya tak bisa mengepak2 lagi..

Itulah permisalan seorang ibu yang baru mengakhiri masa kehamilannya.

Saat hamil seakan semua prang akan memandang teduh, akan mengalah dan penuh perhatian.

Memiliki buah hati sungguh suatu anugerah dan bahagia yang besar. Miracle does happen.

Tapi inilah dunia. Tidak ada bahagia yang sempurna. Ujian, tantangan, problema, seakan menghujam bertubi2.
Rasa sakit pasca melahorkan suatu noscaya, sebenarnya bukan jadi persoalan, karna kelahiran bayi menyirnakan segala.

Tapi kemudian datang lagi yang lain.
Si bayi mungil menangis terus sepanjang hari dan besoknya masih juga berlanjut. Dan yang yerjadi kemudian adalah reaksi orang2 sekitarmu. Mereka semua akan menyalahkanmu, tidak ada asi lah, harus makan ini itu, tak peduli bagaimana rasanya. Atau cara menggendong harus begini dan begitu. Harus pakai pompa. Jangan lupa harus begini dan begitu. Riweh semua, seakan mereka ahlinya.

Padahal semua bayi sdh dicipfakan Allah dengan karakter yg berbeda2 pun kondisinya.

Bukan dokter pun, bicara ini itu dan menyalahkan sebanyak mungkin. Alangkah hebatnya.

Itulah pengalaman dahulu yang buayku harus lebih baik sendiri. Bukannya tak berat. Semua makin berat terasa. Harus tenang, harus bahagia katanya.
Oh betapa penuh omongkosongnya...
Bagaimana kita bisa bahagia sementara si kecil terus menerus menangis tiada henti, kecuali dalam gendongan si ibu.

Si ibu berusaha tenang sepenuhnya, karna dlm kondisi stress asi katanya tak akan lancar jadinya.
Tapi bagaimanamenemukan ketenangan, diantara perut keroncongan, lauk2 mentah yang belum dimasak, piring2 bertumpukan di wastafel, dan buku2 berserakan disepanjang lantai karna ulah si kakak bayi yang tengah main sendiri.
Dan si bayi terus menangis2, seakan ingin minta digendong, minta asi.
Si ibu hanya semakin bingung, apa yang harus dilakukan terlebih dahulu. Semakin kalut dan kepala mulai berkedut2.

Segala yang berat itu hanya mampu buatnya menangis dan menangis terus.

Hingga di minggu yang kesekian airmatanya sudah mengering. Lelah dengan tangisnya sendiri.

Ya Allah, ujarnya lirih...
Si ibu hanya bisa berdoa semoga Allah kuatkan pondasinya, kuatkan hatinya menghadapi ujian dihadapannya.
Suatu hati anak2nya akan semakin tumbuh besar, sedang ia makin menua...
Ia hanya punya cinta & harapan akan ridhoNya, untuk menerangi hari2 ya yang begitu berat.

Teringat betapa sulitnya dahulu utk memiliki 1 anak pun....

Kini imannya tengah diuji kembali, apakah ia bosa bersabar diantara karunia yang diberikan Allah itu...

Monday, May 15, 2017

Months full of Hardship

Jadi ibu hamil harus kuat, harus banyak makan yang bergizi, dan jangan banyak emosional....

Tapi ini sungguh berat ya Allah...

Segalanya begitu berat rasanya kini...

Sejak dear ayang di PHK maret lalu, semua jadi mulai samar...
Semua optimisme, semua bahagia yg pernah aku rasakan saat hamil pertama...

Sekarang,
Harus menekan banyak selera makan,
Sekarang,
Harus menekan begitu banyak anggaran,
Sekarang,
Nyaris ga bisa lepas dari HP karna seakan kejar setoran, harus banyak dapet cuatomer.dan reseller....

Keinginan menjahit, masak2 kue, semua seakan harus disirnakan dulu,
Karna harus mengedepankan prioritas ngelapak online, tiap jam...

Rasanya lelah dg smua ini ya Allah,
Menghadapi semua kesulitan ini..
Tak sanggup menabung untuk si dede kelak,
Utk hari2 saja terancam,
Utk kontrol kesehatan ke dokter saja pupus...

Tiada biaya ini dan itu,
Hutangpun masih banyak...

Sulit.membendung isak dari hari ke hari
Mencoba sabar namun tak jua mampu
Ya Allah, beratnya menjadi shalihah....

Semua kesedihan ini selallu membawa ingatan dahulu kala,
Saat masih duduk di bangku Sma dan kuliah...
Begitu banyak puasa, begitu bayak jalan kaki,
Utk menghemat receh2 yg seakan uang dinar
Masa dimana masih ada papa....

Oh ya Allah, bagaimana cara aku bisa bertahan menghadapi semua ujian ini,
Sedang dihadapan mata belum jua hamba siapkan
Menghadapi rasa sakit lahiran, entah apa aku sanggup, entah dimana akan melahirkan nanti
Entah akan spt apa kondisinya nanti...

Betapa berat smua ini terasa ya Allah,
Perih, dan sulit utk tegar , membayangkan sang dede di perut, harus ikut mengalami ini semua....

Harus sekuat apa aku ya Allah agar bisa sabar dan teguh dlm kesabaran....

Betapa sulit mengharap limpahan rizkiMu...



Tapi dibalik itu semua, hamba sangat bersyukur ya Rabb,
Utk kaka uwais yg sehat , utk ayang yg sll baik hati
Utk semua kesehatan kami, untuk semua yg Engkau cukupkan

Saturday, January 28, 2017

Menyambut Adik...??

Teringat dulu, penantian 2 tahun lebih Uwais...
Terlambat datang bulan, membuat hati dagdigdug di begitu banyak waktu, namun karna seringkali merasa gagal, selalu urung diri untuk menyampaikan kepada siapapun, pun kepada suami tercinta...

Januari 2015, menanti terlambat hingga 2 minggu, mulai merasa sedikit mual mual saat itu, akhirnya testpack menjawab semua gundah, dan usg pertama kalinya menatap ada bakal bayi didalam rahim...

Always feel amazed at everytime remember the moments..

Kini,
Januari 2017...

Terlambat datang bulan lagi
Semingguan sudah..

Ah, belum 2 minggu,
Bisa jadi yes, bisa juga no...

Tapi tantangan kali ini adalah mengkomunikasikan gundah gulana. Tak ingin lagi menyimpannya sendiri.
Kembali dagdigdug, tapi selepas shalat subuh tadi serta merta kutanyakan pada suamiku;

"Aa sudah siap belum...?"
"Siap apa?" kaget dgn tetiba pertanyaan
"Tebak...!"

Dan 1 menit belum terjawab, aku beri sdikit tambahan
"Clue nya Uwais..."

Dengan senyum yang tak habis, meski hati belum bisa berbinar, akhirnya kusampaikan kegundahan akibat keterlambatan datang bulan..
Yang lagi2 datang, padahal tak pernah sebelumnya seperti ini...

"Aa sudah siap...?"

"Karna kalau memang benar,
ini bukan sekedar bahagia Uwais punya "teman main", tapi ini tanggung jawab baru kita, amanah yang besar...
Aa ingat gak cerita ust Bendri pekan lalu : seorang salafussalih menambah rakaat shalatnya setiap anaknya bertambah satu. Mengapa? Karna mengingat beratnya tanggung jawab sebagai seorang ayah..."

Dunia.. Akhirat...

Dunia.. Dan Akhirat

Menanggung segalanya dihadapan AllahSWT nanti

YA Allah siapkah aku...

Aku yang masih belajar saban hari, utk mengelola waktu dg baik, utk bs membimbing merawat Uwais dengan kerempongan yang masih menelangsa...
Aku yang masih membayangkan beratnya menghadapi rasa sakit dan susahpayah kontraksi hampir seharian nonstop,
Disisi lain membayangkan tanggungjawab yang jauh lebih berat, disepanjang umur, untuk menjadikan anak menjadi anak yang taat pada Allah & rasulullah saw, cinta AlQuran, berakhlaq mulia, dan berhati bersih...

Ya Allah siapkah aku, dengan segala kelemahan diri...?

...kulihat suamiku makin perhatian padaku...

#day2

TANTANGAN 10 HARI BERKOMUNIKASI PRODUKTIF

#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Friday, January 27, 2017

Komunikasi Produktif 1

#day1
TANTANGAN 10 HARI BERKOMUNIKASI PRODUKTIF

#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Bismillah...

Uwais, Anak saya masih berumur 15 bulan, bicaranya masih dalam bentuk mengoceh oceh, tapi dia sangat ekspresif.
Saya terus belajar setiap hari mencoba lebih paham segala keinginan dan kebutuhannya,
Dan utk komunikasi saya semakin paham bahwa untuk membuatnya paham dgn instruksi saya, segalanya harus serba singkat...
*satu kata (ayo, stop, hebaatt, alhamdulillah, ...)
*gunakan gesture yang khas (wajah dan tangan)

Tantangan utama saya adalah coba lebih banyak mendampingi uwais meski ia lagi asyik main sendiri, dan lebih banyak senyum dan wajah yang cerah utk uwais. Meski?
Meski ia hobi obrak abrik barang seputar kamar tiap jam...hihi...

Kepada suami saya tersayang, saya lebih berusaha hari ini untuk lebih banyak sabar dalam berkata-kata...hihihi...
Curhat kepada suami selama ini seringkali begitu spontan, tanpa saya peduli bagaimana dan dimana ia berada, bagaimana kesibukannya , apakah ia lelah atau tdk, siap atau tdk mndengar curhat saya.
Mulai hari ini, saya tengah mencoba untuk menahan diri sebelum menyampaikan padanya. Ketika ia sudah tampak santai, barulah saya sampaikan curhat dan ceriwis saya dirumah...
Suamiku, yang sabar yach...😘😘😘